Penulis: Nurainun
“Allahu Akbar… Allahu
Akbar!”
Alunan azan membahana dari
masjid seantero kota Surabaya.
Udara pagi terasa menelusuk
tulang hingga mendorong
tanganku menarik selimut dan
menyempurnakan posisiku,
menutupi seluruh bagian
tubuhku.
“Allahu Akbar… Allhu
Akbar!”
Seruan itu kembali mengoyak
telingaku. Akhh… mataku
terasa berat sekali. Kurasakan
lelah yang mendera di sekujur
tubuh. Kututup kedua
telingaku dengan bantal. Aku
tak hendak mendengarkan
seruan itu.
“Asyhadu anlaa ilaaha
illalloh…!” Aku tak sanggup
lagi. Mataku telah tergembok
rapat. Semalaman aku
berkencan dengan seabrek
tugas kantor yang harus
kuselesaikan hari kemarin.
Keadaan seperti ini sering
terjadi saat aku sedang
kelelahan tak bisa
mengahantarkan tubuhku ke
kedinginan air yang
menyergapku. Aku kalah pada
keadaan. Sebenarnya tidak juga
begitu. Aku terserang penyakit
malas. Karena kesibukanku
yang makin menggila. Aku
rasa, aku butuh istirahat yang
cukup.
***
Kriiingg… kring…! suara jam
weaker mengejutkanku hingga
aku terbangun dari tidur yang
tak begitu nyaman. Pukul
tujuh. Artinya, aku harus
segera bersiap-siap pergi ke
kantor. Aku harus lekas
menemui relasi dan klien-
klienku, tak boleh terlambat.
Tak lama kemudian, hand
phoneku berdering.
“Hallo… dengan Rio, ada apa
menghubungi saya pagi-pagi
begini?”
“…………”
“ Baik saya segera ke
kantor!”
Dalam sekejap BMW-ku melaju
melewati jalanan kota yang
mulai dilanda macet dan
berbaur dengan aroma CO2.
Udara yang seharusnya masih
segar dan sehat sepagi ini,
telah dilalap kentalnya kadar
karbondioksida yang
membanjiri Surabaya. Namun
aku sudah bersahabat dengan
segala keadaan ini, karena
mencari uang adalah hidupku.
Kesibukan duniawi yang
membawaku kepada
kenyamanan lahir, telah
membuatku puas.
Dulu, waktu Ibu masih hidup,
aku selalu dibanjiri oleh
nasihatnya agar aku tak
meninggalkan shalat. Tapi
nikmatnya dunia kini
membuatku berpikir, untuk
apa aku shalat? Toh rezeki itu
aku yang kejar sendiri. Ia tak
akan datang ketika aku hanya
berdiam diri dan shalat di
rumah. Kalau aku begitu,
jadilah aku orang yang miskin,
yang hanya mengharap belas
kasihan orang lain untuk dapat
makan barang sehari. Tak
mungkin uang akan turun dari
langit seperti hujan. Mustahil.
Dan jadi orang miskin itu hanya
merusak martabat manusia.
Membuat aib saja.
“Assalamualaikum! Selamat
pagi, Bos!” sapa seorang
karyawan.
“Pagi..” aku menjawab
tanpa menoleh. Aku
menerobos ruang dan waktu,
berjalan angkuh layaknya
seorang bos. Itulah hari-hariku.
Ya, seperti yang aku ceritakan
sebelumnya. Aku puas dengan
semua kecukupan yang aku
miliki sekarang. Limpahan
harta. Kesenangan dunia
membuatku perlahan
melupakan bahkan tak merasa
ada orang yang telah
melahirkanku dulu. Bagiku, itu
memang sudah takdir. Dan
sekarang aku bisa mengubah
takdir dengan tanganku.
Haahh… aku senang dengan
hidupku.
***
Ruang kantorku sengaja
dirancang kedap suara, karena
aku menginginkan
kenyamanan ketika berada di
dalamnya. Aku tak mau
terganggu oleh deru mesin
kendaraan yang berlalu hilir
mudik di sekitar kantorku.
Memang, letak kantorku sangat
strategis. Dan aku tak sadar,
bangunan seperti itu juga telah
melalaikanku dari
mendengarkan suara azan.
Tiba-tiba ada perasaan tak
nyaman hinggap di bagian
tubuhku yang paling dalam.
Menyeringai, menelusuk relung
hatiku. Aku merasakan
ketaknyamanan tak bertepi.
“Jangan lupa sholat Nak!…”
sekelebat bayangan wanita 50
tahun-an lewat di ruang
otakku. Namun segera
kuenyahkan perasaan dan
bayangan itu.
“Tok..tok..tok!”
Partikel-partikel pada daun
pintuku bergerak
menghasilkan gelombang
bunyi yang berfrekuensi tinggi
dan mengejutkanku.
“Masuk!” jawabku
sekenanya.
“Pak Rio, saya minta izin 15
menit keluar dulu…!”
“Sari kemarin kok izan, izin…
Bapak tidak lihat apa kantor
kita sedang banyak orderan?!
Baru setahun jadi karyawan di
sini sudah berani sering-sering
izin!”
“Iya, saya tau, Pak… insya
Allah nanti setelah saya
kembali, saya selesaikan tugas
saya.”
“Baiklah! Sepuluh menit!”
Aku marah.
Entah apa yang membuatku
marah. Mungkin rasa
berkuasalah yang selama ini
telah mengalahkanku. Selama
ini memang aku selalu sensitif
jika sedang berhadapan
dengan karyawan-karyawanku.
Aku selalu memposisikan diriku
sebagai bos. Aku merasa
bahwa aku berkuasa atas hidup
mereka. Aku merasa hidup
mereka ada di tanganku. Kapan
pun aku bisa membuat mereka
kehilangan pekerjaan. Dan
selama ini, jika ada karyawan
yang ku-PHK, banyak dari
mereka yang memohon-
mohon padaku untuk
dikembalikan pekerjaannya.
Tapi kurasakan keanehan kini,
aku merasa tak enak hati
setelah memarahi Pak Halim,
seorang karyawan yang setiap
pukul 12.00 dan 15.00
meminta izin untuk keluar
sejenak. Yang mukanya selalu
teduh menghadapi
keegoisanku. Selalu sabar
menghadapi luapan emosiku
yang kerap meledak-ledak di
hadapannya.
Setahuku dia berasal dari
keluarga yang kurang mampu.
Tapi aku juga tahu dia
mempunyai potensi yang besar
untuk memajukan
perusahaanku. Karena itulah,
aku tetap mempertahankannya
di perusahaanku. Pun ia tak
pernah melalaikan tugasnya. Ia
sangat bertanggung jawab.
Lantas apa yang membuat aku
marah-marah padanya hari ini
dan tak jarang pada hari-hari
lain?
“Lama sekali orang ini!” Aku
membatin sambil menunggu
Pak Halim yang sudah hampir
setengah jam tak muncul-
muncul juga di hadapanku.
Aku tahu, Pak Halim izin keluar
hanya untuk menunaikan
shalat; yang seharusnya aku
pun melakukannya. Namun
karena sering melalaikannya,
aku jadi terbiasa tidak
melaksanakan shalat. Aku tak
merasa berdosa. Aku
membiasakan diriku tuk tidak
mendengarkan hatiku.
“Maaf, Pak! Tadi saya
harus…”
“Ah… Alasan saja Anda ini!
Mulai besok, Anda tidak boleh
duduk di kursi itu lagi!”
Pak Halim paham apa maksud
ucapanku dan ia lalu
berpamitan setelah
mengucapkan terima kasih.
***
Sejak kejadian itu, aku kini
sering merenung. Aku sendiri
kini yang harus memikirkan
nasib perusahaanku. Dalam
kondisi diriku yang seperti ini,
bayangan wanita tua yang
selalu mengingatkanku akan
shalat pun selalu muncul setiap
kali aku membutuhkan
konsentrasi untuk memikirkan
nasib perusahaan. Keputusan
yang kuambil tak pernah tepat
kini. Alhasil, perusahaanku pun
gulung tikar. Utang di mana-
mana.
“Aghhhhrrrhhh…!” Aku
marah pada diriku sendiri. Aku
terlalu egois. Kalau saja Pak
Halim masih mendampingiku,
aku tak akan sesusah ini. Ah…
aku menyesal.
Kustarter BMW-ku, mesin
berbunyi halus. Tanpa
konsentrasi yang penuh, aku
melaju.. Kali ini tak tahu aku
akan pergi ke mana. Aku tak
tahu, ingin aku kembali ke
kampung halaman, meminta
maaf pada ibuku, menziarahi
kuburnya, aku malu. Pun
begitu juga kepada saudara-
saudaraku. Pak Halim, yang
terkadang menjadi tempat
curhatku, kini tak ada lagi di
sampingku.
“Nak, bagaimanapun, jangan
tinggalkan shalat! Itu adalah
ibadah yang pertama kali
dihisab.” Tiba-tiba bayangan
Ibu muncul lagi di kaca depan
mobilku. Menghalangi
pandanganku ke depan.
“Nak! Kembalilah kejalan
Tuhan-Mu!” Kali ini keringat
dingin membasahi sekujur
tubuhku. Aku menggigil.
Perasaanku tak karuan.
“Nak! Ingatlah… semua harta
benda hanya titipannya…
kembalilah!”
“Tidaakk…!” Klakson dari
mobil belakangku membuat
konsentrasiku makin
membuyar. Sorotan cahaya
lampu dari mobil yang
berlawanan arah denganku
menyilaukan pandangan ini,
saat bayangan Ibu hilang, yang
kulihat hanya cahaya terang.
Terang sekali, hingga aku tak
nyaris buta. Klakson dari
belakang terus beriringan.
“Ciiitttt! Brakkkk!!”
“Aduhh…” kurasakan nyeri
yang tak terperi di bagian
kepalaku. Cairan hangat
mengalir dari kedua telingaku.
Aku tak dapat menahan rasa
nyeri yang amat sangat ini.
“Bu,… maafkan aku…!”
“Ini peringatan buatmu, Nak!
Kembalilah!” itu adalah
kalimat terakhir ibu yang
masih dapat kudengar dan
kuingat. Ingatanku hilang
seiring hilangnya bayangannya.
***
“Di mana aku? Mana Ibu ..?”
Samar-samar kulihat wajah
yang tak asing itu duduk di
sampingku.
“Pak Halim? Kau kah yang
membawaku ke rumah sakit
ini?!”sembari bertanya-tanya
pada diriku sendiri, mulutku
terus berkomat-kamit.
Pak Halim hanya
memandangiku haru. Air
matanya mengalir. Sesekali ia
seperti mengucapkan sesuatu
kepadaku. Tapi aku tak
mendengar apa-apa.
“Astaghfirullohal’azhiim…!!!”
ku berteriak mengharapkan
ampunan dari Allah. Namun
lagi-lagi, aku tak mendengar
teriakanku sendiri. Tiba-tiba
telingaku sakit. Dan aku baru
sadar, kecelakaan malam itu
membuatku tak dapat
mendengar dan mungkin juga
tak dapat berbicara. Aku tuli.
Tak ada yang lain yang bisa
kulakukan. Hanya jeritan dalam
hati yang mampu aku
teriakkan. Tubuhku menggigil,
kurasakan ngilu di ulu hatiku,
seperti ditusuk sembilu. Dalam
dan semakin dalam. Aku ingin
shalat. Jam di dinding kamar
putih itu menunjukkan pukul
dua belas siang, waktu yang
aku gunakan untuk memarahi
Pak Halim yang izin keluar
untuk melaksanakan shalat.
Waktu ketika aku sering
mengunci rapat-rapat
telingaku dari suara azan yang
mengalun syahdu. Dan kini
suara itu benar-benar tak
dapat lagi kudengar. Selama-
lamanya.
sumber : majalah annida
Cialis Mg 5 Costo Keflex Is Used For <a href=http://ciali5mg.com>canadian cialis</a> Propecia Ebuddy Impotencia Pastilla Cialis Duroval
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [5838] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 750 JUTA , wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1\"Dikejar-kejar hutang
2\"Selaluh kalah dalam pasang NOMOR
3\"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi NOMOR
4\"Anda udah kem-m tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
Solusi yang tepat jangan anda putus asah...AKI akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh NOMOR 2D ,4D, 6D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub:KI JAYA DI NO: [[[085-321-606-847]]]
ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D
ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND
ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN PESUGIHAN TUYUL