Disneyland 1972 Love the old s

Dalam hujan aku mencintaimu

24 januari 2012 | kisah cinta islami

Fajar menyingsing
sempurna. Keindahan itu
tak sebanding dengan
bahagianya hati ini
mencintai Dema.
Mungkin itulah, mengapa
Tuhan menegurku. Setiap
hati ini mengingat Dema
begitu dekat, Tuhan
selalu menegurku.
Entahlah…, aku tahu
Tuhan itu pencemburu.
Makanya, kerap aku
jalan dengan Dema,
Tuhan menyambutnya
dengan hujan.
Cemburukah Tuhan pada
Dema? Mungkin lelaki itu
terlalu besar memiliki
ruang di hatiku. Sisanya
baru Tuhan.
Agaknya, Tuhan tak mau
kuberi ruang sisa. Ia
selalu menegurku dengan
hujan, saat hati ini sangat
mencintai Dema. Aku tak
habis pikir pada Tuhan,
mengapa semarah itu
melihat kedekatanku
dengan Dema. Apa
salahku dan Dema?
Suatu pagi, Dema
membuatkan aku susu.
Sementara badanku
masih lelah bekas
begadang semalam.
“Selamat pagi, Sayang…!”
sambut Dema sambil
mengecup keningku.
Aku tersipu melihatnya
telah siap berangkat
kerja. Padahal aku belum
sempat menyeterika baju
kerjanya, belum sempat
menyiapkan sarapan
untuknya, bahkan aku
sendiri belum siap apa-
apa. Masih terbaring di
tempat tidur dengan rona
sangat malas.
“Sayang, maaf…”
“Ssst…kamu tidur saja.
Nih, aku buatkan susu
biar kamu ada tenaga.
Baik-baik di rumah ya,
Sayang, suamimu ini pergi
sejenak mencari emas
buat makan,” kata Dema
sembari mengecup
keningku lagi.
Senyumnya bak telaga
yang menghangatkan
jiwa. Tangannya yang
kasar berbanding
terbalik dengan sentuhan
yang kurasakan. Begitu
lembut.
Dema tak pernah banyak
menuntut. Ia suami yang
sangat bertanggung
jawab. Itulah sebab
mengapa aku amat
mencintainya, mungkin
dengan porsi yang sangat
berlebihan sehingga
ruang di hati ini tak
begitu banyak
menyimpan Tuhan.
Pun cinta yang kutanam
bersama Dema, berbunga
di hati kami berdua. Tapi,
tidak bagi orang lain,
termasuk di mata orang
tuaku. Mungkin bunga
itu kering dan
berguguran di mata
mereka.
Ya, Dema memang hanya
seorang pekerja kasar.
Sementara aku hanya
bisa mengandalkan hidup
dari hasil menjual
tulisanku. Itu pun tak
tentu.
Kehidupanku dan Dema
bagai dua sisi mata uang
yang terkadang berubah-
ubah. Sedih dan senang.
Sedih kusebut hujan, dan
senang kunamai fajar
sempurna.
Secara ekonomi, aku
lebih sering bertemu
hujan dibanding fajar
sempurna. Namun fajar
sempurna sering aku
jumpai dalam gairah
hidup. Aku senang jika
bersama Dema, walau
dalam kondisi apapun.
Dema memiliki gairah
hidup yang tinggi.
Meski dari awal, orang
tuaku tak pernah setuju
jika aku menikah dengan
Dema, tapi itu tak
membuat cintaku pudar
dan keputusanku surut
untuk berlayar menuju
bahtera bahagia bersama
kapal yang kami buat
bersama.
Dan kapal itu kunamai
perahu emas. Dema
nahkoda dan aku adalah
perahunya. Perahu akan
turut kemana nahkoda
membawanya pergi
bukan? Terkadang badai
di tengah perjalanan
sering hinggap, tapi Dema
pantang menyerah, ia
selalu berusaha
membawaku sampai pada
tepi. Tepi yang
kuinginkan untuk
bersandar. Dan aku
begitu nyaman.
Dari hujan, aku belajar
mencintainya. Mencintai
suamiku dalam kondisi
apapun. Dari tangannya
yang kasar, dari nafasnya
yang lelah, dari
pemberiannya yang
emas. Dari hujan aku
belajar bagaimana untuk
tersenyum, menjadi
tegar, berkorban dan
berbagi bersama Dema.
“Bagaimana kau bisa
bahagia, Nak, jika kau
hidup di rumah
kontrakan yang sempit
ini? Keluarlah,
kembalilah bersama
kami. Hidupmu akan
terjamin dengan fasilitas
mewah yang biasa kau
dapatkan,” tutur ayahku
di awal pernikahanku
bersama Dema.
Benarkah Tuhan
mengutuk anak yang
memutuskan untuk
menikah dengan
pilihannya sendiri?
Benarkah pula,
kemapanan yang dapat
membeli kebahagiaan di
dunia ini? Benarkah…
Oh Tuhan…, dengan
hujan Kau menegurku,
tapi dalam hujan aku
semakin mencintai
suamiku. Tak bermaksud
aku durhaka pada orang
tua, jika alasan mereka
menolak Dema bukan
karena Dema belum
mapan, mungkin bisa
kuterima. Tapi ini lain…!
Cintaku pada Dema
kurajut dalam mimpi.
Mimpiku dan Dema
adalah
mempersembahkan
perahu emas pada orang
tua kami. Perahu itu
dibalut oleh empat
komponen yaitu doa,
ikhtiar, optimis dan
tawakal. Perahu itu
dirancang mewah untuk
menghadap Tuhan di
tempat yang terbaik.
Perahu itu akan
membawa kami bertemu
di taman firdaus yang
sering kami adukan pada
Tuhan. Kami rela, dalam
perjalanan untuk
mendapatkan itu kami
sering kehujanan.
Dan Tuhan tak pernah
tidur. Jika perahu emas
kami diguyur Tuhan
dengan hujan, Dema
mengajariku untuk sabar
dan syukur. Itulah yang
membuatku bahagia
bersama Dema. Sebesar
apapun badai itu,
kuyakin dapat kulalui
dengan perahu emasku.
“Ayah tak butuh perahu
emas. Tapi ayah butuh
Dema bisa
membahagiakanmu
dengan rumah yang
layak beserta isinya. Apa
itu salah?” Ayah kembali
mengucilkan Dema di
depanku.
“Apalagi, sekarang kamu
sedang mengandung. Apa
mau nanti anakmu
terlahir di rumah
kontrakan ini? Dan
melihat betapa hidup ini
nestapa? Betapa dunia ini
menyedihkan?”
Ayah…Aayah…, tiada
anak yang mau
menyengsarakan
anaknya. Begitupun aku.
Batinku bertutur lirih,
tanpa membuat bibir ini
mengeluarkan kalimat
itu di depan Ayah.
“Pulanglah, Nak.
Melahirkan di rumah
sakit saja dengan dokter
keluarga yang
profesional.” Kali ini
Ayah merajukku, serius.
“Maaf, Ayah, ini adalah
tanggung jawab suamiku.
Biarkan ia yang
mengurus itu semua.
Ayah tak usah
khawatir…”
“Kamu memang keras
kepala! Mau diajak hidup
enak kok susah…” tukas
Ayah ketus sambil
melengos pergi. Dan
mungkin tak akan
mengengokkan
wajahnya lagi ke
belakang.
Ayah… Ayah…, kau tak
tahu bahwa saat ini
anakmu amat bahagia.
Tak peduli rumah
kontrakan, bagiku yang
penting adalah rasa.
Tak lama setelah Ayah
pergi tanpa salam, awan
yang sedari tadi mendung
kini membuncah dingin.
Hujan datang dengan
deras disertai kilat yang
menyala-nyala. Seperti
biasa, jika hujan datang,
rumah kontrakanku
selalu kebocoran. Bahkan
kebanjiran.
Rembesan air bak sungai
yang tampak nyata
mengalir di sudut-sudut
dinding. Aku sibuk sendiri
menyiapkan ember agar
rembesan itu tidak
membanjiri lantai.
Namun, tiba-tiba perutku
amat mulas dan sakit
sekali, seperti akan ada
yang mendorong bayiku
keluar. Bahkan bayiku
pun ikut berontak di
dalam perut, hingga
rasanya sangat kacau.
Aku berteriak
sekencang-kencangnya
menahan nyeri yang
teramat, ketubanku
pecah dan terlihat darah
di sela-sela betis. Dalam
panik, aku melirik jam.
Dema baru akan pulang
satu jam lagi. Oh Tuhan…
Gelap.
Itulah yang aku rasa saat
beberapa waktu yang
lalu. Tersadar, aku sedang
berada dalam becak
dalam pelukan yang
hangat. Kuraba tangan
kasar itu, tak salah lagi,
itu adalah Dema.
“Sayang…, kamu baik-
baik saja kan? Tadi aku
melihatmu terbaring di
lantai bersimpuh darah.”
Aku tersenyum
menyadari aku masih
hidup. Dan melihat Dema
di sampingku.
“Ssst, cukup, jangan
banyak bicara dulu. Kita
akan ke rumah sakit,”
katanya sambil menciumi
kepalaku.
Rasanya ingin sekali
mengatakan bahwa aku
amat tenang di
sampingnya. Tapi mulas
ini seakan mengunci
rapat bibirku. Aku hanya
bisa mengerang
kesakitan.
“Arrrrrghhhh…”
“Sayang…, sabar yah!
Sebentar lagi kita
sampai.” Dema terus
menggenggam erat
tanganku.
Sayang, aku
mencintaimu. Meski
dingin terus menerjang,
awan berubah hitam, dan
mataku sembab. Aku
tetap mencintaimu.
Sangat mencintaimu.
Batinku berbisik dalam
sakit.
Tuhan…, kini aku sadar
bahwa hujan-Mu
bukanlah teguran. Dalam
hujan, rumah
kontrakanku banjir, tapi
Dema selalu tersenyum
menghadapi itu. Itulah
yang membuatku kuat.
Kini dalam hujan, ia
membawaku berjuang
menghadapi hidup dan
mati mempertahankan
bayi ini. Itulah yang
membuatku yakin
bertahan.
Dan hujan, kerap
meninggalkan jejak
basah di hatiku, serupa
gerimis yang mengalir
pelan di pipiku saat itu.
sumber : majalah annida

Back to posts
Comments:
[2017-02-18 05:46] MR,KAMAL:

KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [5838] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 750 JUTA , wassalam.


dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


1\"Dikejar-kejar hutang

2\"Selaluh kalah dalam pasang NOMOR

3\"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi NOMOR


4\"Anda udah kem-m tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat







Solusi yang tepat jangan anda putus asah...AKI akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh NOMOR 2D ,4D, 6D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub:KI JAYA DI NO: [[[085-321-606-847]]]


ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN PESUGIHAN TUYUL


Post a comment