Baginda Menjadi Budak

11 juni 2011|kisah islami,cerita islami,humor sufi

Kadangkala untuk menunjukkan
sesuatu kepada sang Raja, Abu
Nawas tidak bisa hanya sekedar
melaporkannya secara lisan.
Raja harus mengetahuinya
dengan mata kepala sendiri,
bahwa masih banyak di antara
rakyatnya yang hidup sengsara.
Ada saja praktek jual beli budak.
Dengan tekad yang amat bulat
Abu Nawas merencanakan
menjual Baginda Raja. Karena
menurut Abu Nawas hanya
Baginda Raja yang paling patut
untuk dijual. Bukankah selama
ini Baginda Raja selalu
mempermainkan dirinya dan
menyengsarakan pikirannya?
Maka sudah sepantasnyalah
kalau sekarang giliran Abu
Nawas mengerjai Baginda Raja.
Abu Nawas menghadap dan
berkata kepada Baginda Raja
Harun Al Rasyid. "Ada sesuatu
yang amat menarik yang akan
hamba sampaikan hanya
kepada Paduka yang mulia."
"Apa itu wahai Abu Nawas?"
tanya Baginda langsung tertarik.
"Sesuatu yang hamba yakin
belum pemah terlintas di dalam
benak Paduka yang mulia." kata
Abu Nawas meyakinkan.
"Kalau begitu cepatlah ajak aku
ke sana untuk menyaksikannya."
kata Baginda Raja tanpa rasa
curiga sedikit pun.
"Tetapi Baginda..." kata Abu
Nawas sengaja tidak
melanjutkan kalimatnya.
"Tetapi apa?" tanya Baginda
tidak sabar.
"Bila Baginda tidak menyamar
sebagai rakyat biasa maka pasti
nanti orang-orang akan banyak
yang ikut menyaksikan benda
ajaib itu." kata Abu Nawas.
Karena begitu besar
keingintahuan Baginda Raja,
maka beliau bersedia menyamar
sebagai rakyat biasa seperti
yang diusulkan Abu Nawas.
Kemudian Abu Nawas dan
Baginda Raja Harun Al Rasyid
berangkat menuju ke sebuah
hutan. Setibanya di hutan Abu
Nawas mengajak Baginda Raja
mendekati sebuah pohon yang
rindang dan memohon Baginda
Raja menunggu di situ.
Sementara itu Abu Nawas
menemui seorang Badui yang
pekerjaannya menjual budak.
Abu Nawas mengajak pedagang
budak itu untuk melihat calon
budak yang akan dijual
kepadanya dari jarak yang agak
jauh. Abu Nawas beralasan
bahwa sebenarnya calon budak
itu adalah teman dekatnya. Dari
itu Abu Nawas tidak tega
menjualnya di depan mata.
Setelah pedagang budak itu
memperhatikan dari kejauhan ia
merasa cocok. Abu Nawas pun
membuatkan surat kuasa yang
menyatakan bahwa pedagang
budak sekarang mempunyai
hak penuh atas diri orang yang
sedang duduk di bawah pohon
rindang itu.
Abu Nawas pergi begitu
menerima beberapa keping
uang emas dari pedagang
budak itu. Baginda Raja masih
menunggu Abu Nawas di situ
ketika pedagang budak
menghampirinya. Ia belum tahu
mengapa Abu Nawas belum
juga menampakkan batang
hidungnya. Baginda juga
merasa heran mengapa ada
orang lain di situ.
"Siapa engkau?" tanya Baginda
Raja kepada pedagang budak.
"Aku adalah tuanmu sekarang."
kata pedagang budak itu agak
kasar. Tentu saja pedagang
budak itu tidak mengenali
Baginda Raja Harun Al Rasyid
dalam pakaian yang amat
sederhana.
"Apa maksud perkataanmu
tadi?" tanya Baginda Raja
dengan wajah merah padam.
"Abu Nawas telah menjual
engkau kepadaku dan inilah
surat kuasa yang baru
dibuatnya." kata pedagang
budak dengan kasar.
"Abu Nawas menjual diriku
kepadamu?" kata Baginda
makin murka.
"Ya!" bentak pedagang budak.
"Tahukah engkau siapa aku ini
sebenarnya?" tanya Baginda
geram.
"Tidak dan itu tidak perlu." kata
pedagang budak seenaknya.
Lalu ia menyeret budak barunya
ke belakang rumah. Sultan
Harun Al Rasyid diberi parang
dan diperintahkan untuk
membelah kayu. Begitu banyak
tumpukan kayu di belakang
rumah badui itu sehingga
memandangnya saja Sultan
Harun Al Rasyid sudah merasa
ngeri, apalagi harus
mengerjakannya.
"Ayo kerjakan!"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba
memegang kayu dan mencoba
membelahnya, namun si Badui
melihat cara Sultan Harun Al
Rasyid memegang parang
merasa aneh.
"Kau ini bagaimana, bagian
parang yang tumpul kau
arahkan ke kayu, sungguh
bodoh sekali!"
Sultan Harun Al Rasyid mencoba
membalik parang hingga bagian
yang tajam terarah ke kayu. Ia
mencoba membelah namun
tetap saja pekerjaannya terasa
aneh dan kaku bagi si Badui.
"Oh, beginikah derita orang-
orang miskin mencari sesuap
nasi, harus bekerja keras lebih
dahulu. Wah lama-lama aku tak
tahan juga." gumam Sultan
Harun Al Rasyid. Si Badui
menatap Sultan Harun Al Rasyid
dengan pandangan heran dan
lama-lama menjadi marah. Ia
merasa rugi barusan membeli
budak yang bodoh.
"Hai Badui! Cukup semua ini aku
tak tahan."
"Kurang ajar kau budakku harus
patuh kepadaku!" kata Badui itu
sembil memukul baginda. Tentu
saja raja yang tak pernah
disentuh orang itu menjerit
keras saat dipukul kayu.
"Hai Badui! Aku adalah rajamu,
Sultan Harun Al Rasyid." kata
Baginda sambil menunjukkan
tanda kerajaannya.
Pedagang budak itu kaget dan
mulai mengenal Baginda Raja. Ia
pun langsung menjatuhkan diri
sembil menyembah Baginda
Raja. Baginda Raja mengampuni
pedagang budak itu karena ia
memang tidak tahu. Tetapi
kepada Abu Nawas Baginda
Raja amat murka dan gemas.
Ingin rasanya beliau meremas-
remas tubuh Abu Nawas seperti
telur

Back to posts
Comments:
[2011-08-18 17:51] Cipa:

Wkwkwkwk


Post a comment

mp3
wallpaper
aplikasi
ebook
artikel
Online Users
16/253967
pacman, rainbows, and roller s