Pesan bagi para hakim

1 juli 2011 .cerita islami,kisah abu nawas

Bapaknya Abu Nawas adalah
Penghulu Kerajaan Baghdad
bernama Maulana. Pada suatu
hari bapaknya Abu Nawas yang
sudah tua itu sakit parah dan
akhirnya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke istana.
la diperintah Sultan (Raja) untuk
mengubur jenazah bapaknya itu
sebagaimana adat Syeikh
Maulana. Apa yang dilakukan
Abu Nawas hampir tiada
bedanya dengan Kadi Maulana
baik mengenai tata acara
memandikan jenazah hingga
mengkafani, menyalati dan
mendo'akannya.
Maka Sultan bermaksud
mengangkat Abu Nawas
menjadi Kadi atau penghulu
menggantikan kedudukan
bapaknya.
Namun... demi mendengar
rencana sang Sult an. Tiba-tiba
saja Abu Nawas yang cerdas itu
tiba-tiba nampak berubah
menjadi gila.
Usai upacara pemakaman
bapaknya. Abu Nawas
mengambil batang sepotong
batang pisang dan
diperlakukannya seperti kuda, ia
menunggang kuda dari batang
pisang itu sambil berlari-lari dari
kuburan bapaknya menuju
rumahnya. Orang yang melihat
menj di terheran-heran
dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak
anak-anak kecil dalam jumlah
yang cukup banyak untuk pergi
ke makam bapaknya. Dan di atas
makam bapaknya itu ia
mengajak anak-anak bermain
rebana dan bersuka cita. Kini
semua orang semakin heran
atas kelakuan Abu Nawas itu,
mereka menganggap Abu
Nawas sudah menjadi gila
karena ditinggal mati oleh
bapaknya.
Pada suatu hari ada beberapa
orang utusan dari Sultan Harun
Al Rasyid datang menemui Abu
Nawas.
"Hai Abu Nawas kau dipanggil
Sultan untuk menghadap ke
istana." kata wazir utusan
Sultan.
"Buat apa sultan memanggilku,
aku tidak ada keperluan
dengannya." jawab Abu Nawas
dengan entengnya seperti tanpa
beban.
"Hai Abu Nawas kau tidak boleh
berkata seperti itu kepada
rajamu!"
"Hai wazir! kau jangan banyak
cakap. Cepat ambil ini kudaku ini
dan mandikan di sungai supaya
bersih dan segar!" kata Abu
Nawas sambil menyodorkan
sebatang pohon pisang yang
dijadikan kuda-kudaan.
Si wazir hanya geleng-geleng
kepala melihat kelakuan Abu
Nawas.
"Abu Nawas kau mau apa tidak
menghadap Sultan?" kata wazir.
"Katakan kepada rajamu, aku
sudah tahu maka aku tidak
mau." kata Abu
Nawas.
"Apa maksudnya Abu Nawas?"
tanya wazir dengan rasa
penasaran.
"Sudah pergi sana, bilang saja
begitu kepada rajamu." sergah
Abu Nawas
sembari menyaruk debu dan
dilempar ke arah si wazir dan
teman-temannya.
Si wazir segera menyingkir dari
halaman rumah Abu Nawas.
Mereka laporkan keadaan Abu
Nawas yang seperti tak waras
itu kepada Sultan Harun Al
Rasyid. Dengan geram Sultan
berkata,
"Kalian bodoh semua, hanya
menghadapkan Abu Nawas
kemari saja tak becus! Ayo pergi
sana ke rumah Abu Nawas
bawa dia kemari dengan suka
rela ataupun terpaksa."
Si wazir segera mengajak
beberapa prajurit istana. Dan
dengan paksa Abu
Nawas di hadirkan di hadapan
raja. Namun lagi-lagi di depan
raja Abu Nawas berlagak pilon
bahkan tingkahnya ugal-ugalan
tak selayaknya berada di
hadapan seorang raja.
"Abu Nawas bersikaplah sopan!
" tegur Baginda.
"Ya Baginda, tahukah Anda....?"
"Apa Abu Nawas...?"
"Baginda... terasi itu asalnya dari
udang!"
"Kurang ajar kau menghinaku
Nawas!"
"Tidak Baginda! Siapa bilang
udang berasal dari terasi?"
Baginda merasa dilecehkan, ia
naik pitam dan segera memberi
perintah kepada
para pengawalnya. "Hajar dia !
Pukuli dia sebanyak dua puluh
lima kali"
Abu Nawas yang kurus kering
itu akhirnya lemas tak berdaya
dipukuli tentara yang bertubuh
kekar. Usai dipukuli Abu Nawas
disuruh keluar istana. Ketika
sampai di pintu gerbang kota, ia
dicegat oleh penjaga.
"Hai Abu Nawas! Tempo hari
ketika kau hendak masuk ke
kota ini kita telah mengadakan
perjanjian. Masak kau lupa pada
janjimu itu? Jika engkau diberi
hadiah oleh Baginda maka
engkau berkata: Aku bagi dua;
engkau satu bagian, aku satu
bagian. Nah, sekarang mana
bagianku itu?"
"Hai penjaga pintu gerbang,
apakah kau benar-benar
menginginkan hadiah
Baginda yang diberikan kepada
tadi?"
"lya, tentu itu kan sudah
merupakan perjanjian kita?"
"Baik, aku berikan semuanya,
bukan hanya satu bagian!"
"Wah, ternyata kau baik hati Abu
Nawas. Memang harusnya
begitu, kau kan
sudah sering menerima hadiah
dari Baginda."
Tanpa banyak cakap lagi Abu
Nawas mengambil sebatang
kayu yang agak besar lalu orang
itu dipukulinya sebanyak dua
puluh lima kali.Tentu saja orang
itu menjerit -jerit kesakitan dan
menganggap Abu Nawas telah
menj adi gila.
Setelah penunggu gerbang kota
itu klenger Abu Nawas
meninggalkannya begitu saja, ia
terus melangkah pulang ke
rumahnya. Sementara itu si
penjaga pintu gerbang
mengadukan nasibnya kepada
Sultan Harun Al Rasyid.
"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun
beribu ampun. Hamba datang
kemari mengadukan Abu Nawas
yang telah memukul hamba
sebanyak dua puluh lima kali
tanpa suatu kesalahan. Hamba
mohom keadilan dari Tuanku
Baginda."
Baginda segera memerintahkan
pengawal untuk memanggil Abu
Nawas. Setelah Abu Nawas
berada di hadapan Baginda ia
ditanya.
"Hai Abu Nawas! Benarkah kau
telah memukuli penunggu pintu
gerbang kota ini sebanyak dua
puluh lima kali pukulan?"
Berkata Abu Nawas, "Ampun
Tuanku, hamba melakukannya
karena sudah
sepatutnya dia menerima
pukulan itu."
"Apa maksudmu? Coba kau
jelaskan sebab musababnya kau
memukuli orang
itu?" tanya Baginda.
"Tuanku," kata Abu Nawas.
"Hamba dan penunggu pintu
gerbang ini telah mengadakan
perjanjian bahwa jika hamba
diberi hadiah oleh Baginda
maka hadiah tersebut akan
dibagi dua. Satu bagian unt
uknya satu bagian untuk saya.
Nah pagi tadi hamba menerima
hadiah dua puluh lima kali
pukulan, maka saya berikan pula
hadiah dua puluh lima kali
pukulan kepadanya."
"Hai penunggu pintu gerbang,
benarkah kau telah
mengadakan perjanjian seperti
itu dengan Abu Nawas?" tanya
Baginda.
"Benar Tuanku," jawab
penunggu pintu gerbang. "Tapi
hamba tiada mengira jika
Baginda memberikan hadiah
pukulan."
"Hahahahaha!! Dasar tukang
peras, sekarang kena batunya
kau!"sahut Baginda. "Abu
Nawas tiada bersalah, bahkan
sekarang aku tahu bahwa
penjaga pintu gerbang kota
Baghdad adalah orang yang
suka narget, suka memeras
orang! Kalau kau tidak merubah
kelakuan burukmu itu sungguh
aku akan memecat dan
menghukum kamu! "
"Ampun Tuanku," sahut penjaga
pintu gerbang dengan gemetar.
Abu Nawas berkata, "Tuanku,
hamba sudah lelah, sudah mau
istirahat, tiba-tiba diwajibkan
hadir di tempat ini, padahal
hamba tiada bersalah. Hamba
mohon ganti rugi. Sebab jatah
waktu istirahat hamba sudah
hilang karena panggilan
Tuanku. Padahal besok hamba
harus mencari nafkah untuk
keluarga hamba."
Sejenak Baginda melengak,
terkejut atas protes Abu Nawas,
namun tiba-tiba
tertawa terbahak-bahak,
"Hahahaha...jangan kuat ir Abu
Nawas."
Baginda kemudian
memerintahkan bendahara
kerajaan memberikan
sekantong uang perak kepada
Abu Nawas. Abu Nawas pun
pulang dengan hati gembira.
Tetapi sesampai di rumahnya
Abu Nawas masih bersikap
aneh dan bahkan
semakin nyentrik seperti orang
gila sungguhan. Pada suatu hari
Raja Harun Al Rasyid
mengadakan rapat dengan para
menterinya.
"Apa pendapat kalian mengenai
Abu Nawas yang hendak
kuangkat sebagai
kadi?"
Wazir atau perdana meneteri
berkata, "Melihat keadaan Abu
Nawas yang semakin parah
otaknya maka sebaiknya Tuanku
mengangkat orang lain saja
menjadi kadi."
Menteri-menteri yang lain juga
mengutarakan pendapat yang
sama. "Tuanku, Abu Nawas telah
menjadi gila karena itu dia tak
layak menjadi kadi."
"Baiklah, kita tunggu dulu
sampai dua puluh satu hari,
karena bapaknya baru saja mati.
Jika tidak sembuh-sembuh juga
bolehlah kita mencari kadi yang
lain saja."
Set elah lewat satu bulan Abu
Nawas masih dianggap gila,
maka Sultan Harun Al Rasyid
mengangkat orang lain menjadi
kadi atau penghulu kerajaan
Baghdad.
Konon dalam seuatu pertemuan
besar ada seseorang bernama
Polan yang sejak lama berambisi
menjadi Kadi, la mempengaruhi
orang-orang di sekitar Baginda
untuk menyetujui jika ia
diangkat menjadi Kadi. Maka
tatkala ia mengajukan dirinya
menjadi Kadi kepada Baginda
maka dengan mudah Baginda
menyetujuinya. Begitu
mendengar Polan diangkat
menjadi kadi maka Abu Nawas
mengucapkan syukur kepada
Tuhan.
"Alhamdulillah...aku telah
terlepas dari balak yang
mengerikan. Tapi...sayang sekali
kenapa harus Polan yang
menjadi Kadi, kenapa tidak yang
lain saja."
Mengapa Abu Nawas bersikap
seperti orang gila? Ceritanya
begini:
Pada suatu hari ketika ayahnya
sakit parah dan hendak
meninggal dunia ia panggil Abu
Nawas untuk menghadap. Abu
Nawas pun datang mendapati
bapaknya yang sudah lemah
lunglai.
Berkata bapaknya, "Hai anakku,
aku sudah hampir mati.
Sekarang ciumlah
telinga kanan dan telinga
kiriku."
Abu Nawas segera menuruti
permintaan terakhir bapaknya.
la cium telinga kanan bapaknya,
ternyata berbau harum,
sedangkan yang sebelah kiri
berbau sangat busuk.
"Bagamaina anakku? Sudah kau
cium?"
"Benar Bapak!"
"Ceritakankan dengan
sejujurnya, baunya kedua
telingaku ini."
"Aduh Pak, sungguh
mengherankan, telinga Bapak
yang sebelah kanan berbau
harum sekali. Tapi... yang
sebelah kiri kok baunya amat
busuk?"
"Hai anakku Abu Nawas,
tahukah apa sebabnya bisa
terjadi begini?"
"Wahai bapakku, cobalah cerit
akan kepada anakmu ini."
Berkata Syeikh Maulana "Pada
suatu hari datang dua orang
mengadukan masalahnya
kepadaku. Yang seorang aku
dengarkan keluhannya. Tapi
yang seorang lagi karena aku
tak suaka maka tak kudengar
pengaduannya. Inilah resiko
menj adi Kadi (Penghulu). Jia
kelak kau suka menj adi Kadi
maka kau akan mengalami hai
yang sama, namun jika kau
tidak suka menjadi Kadi maka
buat lah alasan yang masuk akal
agar kau tidak dipilih sebagai
Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid.
Tapi tak bisa tidak Sultan Harun
Al Rasyid pastilah tetap
memilihmu sebagai Kadi."
Nan, itulah sebabnya Abu Nawas
pura-pura menjadi gila. Hanya
untuk menghindarkan diri agar
tidak diangkat menjadi kadi,
seorang kadi atau penghulu
pada masa itu kedudukannya
seperti hakim yang memutus
suatu perkara.
Walaupun Abu Nawas tidak
menjadi Kadi namun dia sering
diajak konsultasi oleh sang Raja
untuk memutus suatu perkara.
Bahkan ia kerap kali dipaksa
datang ke istana hanya sekedar
untuk menjawab pertanyaan
Baginda Raja yang aneh-aneh
dan tidak masuk akal.

Back to posts
Comments:
[2011-07-02 05:46] Hamdan:

:Ngakak gara2 penjaga minta hadiah Akakakak.......), cerdas bgd Abu Nawaz. img

[2011-07-29 01:54] Test:

Mantap


Post a comment

mp3
wallpaper
aplikasi
ebook
artikel
Online Users
25/253909
80s toys - Atari. I still have